Mengapa Mesti Melek Matematika ?
Gambar di atas memuat soal yang di konteskan dalam final KONTES LITERASI MATEMATIKA di Aula PascaSarjana UNSRI.
Upaya untuk menggalakkan melek matematika ini, terutama dipelopori oleh Prof. Zulkardi (Pakar Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya) yakni dengan mengadakan Lomba Melek Matematika yang telah dilaksanakan tanggal 15-16 Oktober lalu di Kampus Pascasarjana UNSRI Bukit Besar. Peserta lomba melek matematika ini diawali pada siswa tingkat SLTP dahulu (dengan mengacu pada tujuan formal dan material di atas, dan juga penanaman kesadaran terhadap perlunya matematika bagi kehidupan, nampaknya pada level SLTP lebih cocok), dan pesertanya berasal dari SLTP-SLTP di beberapa wilayah Sumatera Selatan.
Lomba ini bertujuan menyeleraskan antara matematika dengan kehidupan. Soal-soal yang digunakan mengacu pada soal-soal PISA. Kecenderungan soalnya berupa soal matematika kontekstual. Matematika kontekstual yaitu matematika yang menyelaraskan antara matematika dengan kehidupan. Karena ilmu itu berasal dari proses kehidupan, maka hendaknya ia dikembalikan pada kehidupan itu sendiri, agar ia dapat bermakna bagi kehidupan dan mampu memecahkan masalah kehidupan. Tentunya diharapkan matematika itu mampu memecahkan masalah kehidupan, bukan malah membingungkan sehingga orang merasa takut terhadap matematika.
Soal-soal matematika PISA memiliki karakter Matematika literasi yakni memiliki kapasitas untuk mengidentifikasi, memahami dan terlibat dalam matematika dan cukup beralasan membuat penilaian tentang peranan bahwa matematika ikut bermain baik pada kehidupan pribadi, kehidupan kerja, dan kehidupan sosial maupun sebagai warga negara.
Dalam PISA, literasi membaca didefinisikan sebagai tingkat kemampuan dalam menggunakan informasi tertulis sesuai dengan situasi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan itu berkenaan dengan keterampilan memahami, menggunakan, dan melakukan refleksi terhadap bacaan sesuai dengan tujuan membacanya, yaitu untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan dan potensi diri, serta untuk berperan di masyarakat (OECD, 2003).
Matematika Literasi menyediakan pelajar dengan kesadaran dan pemahaman peran yang dengannya matematika bermain di dunia modern. Matematika adalah subjek yang didorong oleh hidup-terkait aplikasi matematika. Hal ini memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan dan kepercayaan diri untuk berpikir secara numerik dan spasial dalam rangka untuk menafsirkan dan kritis menganalisa situasi sehari-hari dan untuk memecahkan masalah.
Lebih Jauh Perlunya Melek matematika
Menurut Mochtar Bukhori (Pakar Pendidikan), siswa tidak dapat dibiarkan buta matematika dan buta IPA, karena hal ini akan menghambat peningkatan kemampuan bangsa di bidang teknologi di masa depan. Memang tidak semua siswa berminat menjadi ahli matematika, ahli IPA atau ahli teknologi. Tetapi suatu masyarakat hanya akan berhasil mengembangkan kemampuan tekonologi cukup tinggi bila di masyarakat ada lapisan-lapisan penduduk dengan tingkat pemahaman matematika dan IPA yang beragam, dari kemampuan yang bersifat expertise, sampai yang bersifat apresiatif.
Kemudian Norman Levitt dari Departemen Matematika, Universitas Rutgers menambahkan, masyarakat yang membiarkan tumbuhnya kebutaan Matematika dan IPA akan selalu menolak argumen-argumen yang bersifat rasional, sistematis, dan tidak berpihak. Dengan demikian kebutaan matematika dan IPA yang melembaga akan membuat masyarakat kehilangan kemampuan berpikir secara disipliner dalam menghadapi masalah-masalah nyata, dari yang sepele sampai yang gawat.
Kedua jenis kebutaan ini pada taraf nasional akan membuat mereka yang bekerja di bidang-bidang yang berlainan tidak mampu memahami ”rasionalitas” masing-masing. ”Rasionalitas” politisi berbeda dari ”rasionalitas” akademisi, sehingga mereka sulit saling memahami. Sebab karena tidak ada ”rasionalitas umum” (common rationality) yang akan melahirkan kemampuan saling memahami.
Bahkan Levitt menegaskan, pendidikan matematika dan IPA yang merata akan memberi suatu generasi common rationality dan mutual intelligibility. Dan bila kita dapat mengembangkan cara yang membuat suatu perbendaharaan konsep-konsep matematika dan sains yang nontrivial dapat dipahami dan dicerna tiap orang yang senang berpikir, akan tercipta suatu instrumen intelektual dan kultural yang mampu merekat berbagai jenis rasionalitas yang ada di berbagai cabang kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar