Translate

Kamis, 22 Desember 2011

EVALUASI PEMBELAJARAN


v  Pengertian Evaluasi
Pada hakikatnya, evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas ( nilai dan arti ) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan. Dalam pembelajaran, evaluasi adalah suatu proses untuk mengetahui tingkat ketercapaian pembelajaran dengan pengukuran melalui tes untuk penilaian.
v  Hubungan evaluasi, penilaian dan pengukuran
Menurut saya hubungan antara ketiga hal diatas sangatlah erat, karena saling berkaitan satu sama lain. Dalam melakukan evaluasi pembelajaran, seorang guru dapat melakukan pengukuran terlebih dahulu baru kemudian melakukan penilaian. Tetapi dapat juga melakukan evaluasi dengan langsung melakukan  penilaian.
Dalam belajar dan pembelajaran, pengukuran itu membandingkan tingkat keberhasilan dengan ukuran keberhasilan. Sedangkan penilaian itu pembuatan keputusan nilai keberhasilan belajar dan pembelajaran.  Pengukuran itu bersifat kuantitatif dan penilaian itu bersifat kualitatif.
v  Tujuan Evaluasi
  • Sebagai data/informasi dalam menentukan ketercapaian tujuan. Dalam hal ini, pembelajaran berperan dalam mendapatkan data.
  • Menganalisis proses pembelajaran
  • Memperbaiki dan mengembangkan sistem pembelajaran
  • Melakukan tindak lanjut terhadap proses pembelajaran
v  Jenis-jenis Pembelajaran
  1. Formatif               à menitikberatkan perbaikan pada proses
è Dilakukan pada akhir pokok bahasan yang dipelajari.
  1. Sumatif                                à menentukan hasil kerja siswa
è Dilakukan pada Ujian akhir semester.
  1. Diagnostik           à menemukan dan menela’ah kelemahan belajar siswa dengan menganalisisnya
è Dilakukan sepanjang pembelajaran.

Selasa, 20 Desember 2011

Senyum itu indah bukan!


berikut ini merupakan beberapa fakta senyum menurut @blogdokter
1. British study: Melihat seorang anak tersenyum, kesenangannya ibarat menyantap 2000 batang cokelat. 
2. Kesenangan yg dihasilkan saat melihat orang tersenyum dibandingkan dg makan cokelat brdasarkan pengamatan aktivitas otak.
3. Sering2lah tersenyum ke orang lain sehingga anda juga dapat berbagi kesenangan dg orang lain.
4. Senyuman anda dpt dipakai utk mmprediksi kesuksesan karir dn cinta anda, inspirasi ke orang lain dn seberapa panjang umur anda.
5. Manusia sudah mulai tersenyum bahkan sejak di dlm kandungan, hal ini berdasarkan pengamatan USG 3D.
6. Pada awalnya bayi akan tersenyum saat tidur, begitu memasuki usia 3 bulan ia akan mulai menebar senyuman ke orang lain.
7. Senyuman seseorang bisa terlihat dari jarak sekitar 100 meter. Senyuman jauh lebih mudah dilihat dari ekspresi wajah yg lain.
8. Hanya dengan senyuman kita bisa melihat orang asing menjadi begitu familiar. :)
9. Sering tersenyum dpt memperpanjang umur, bahkan menurut sebuah studi bisa sampai hampir 8 tahun.
10. Kebahagiaan pasangan suami istri bisa tergambar dari senyuman yg kerap muncul di pasangan tersebut.
11. Arti senyuman di tiap negara berbeda2, di Jepang senyuman lebih kepada ekspresi mata daripada bibir.
12. Bila orang Amerika mengekspresikan senyum dg emoticon : - ) atau :) maka orang Jepang lebih memilih ^_^.
13. Bila dibandingkan berdasarkan jenis kelamin maka wanita lebih sering tersenyum bila dibandingkan dg pria.
14. Sayangnya senyuman tdk mnunjang karir militer. Tentara yg kerap tersenyum karirnya lebih buruk daripd yg kerap tampli seram.
15. Anak anak rata rata tersenyum sebanyak 400 kali sehari. Tidak salah memang dunia mereka penuh keceriaan.
16. 30% orang dewasa tersenyum lebih dari 20 kali sehari dan 14% tersenyum kurang dari 5 kali/hari. Anda termasuk yang mana? 
17. Seperti halnya menguap, tersenyum pun termasuk aktivitas yang menular. Demikian menurut sebuah studi di Swedia.
18. Sebuah riset membuktikan bahwa seseorang akan kesulitan untuk marah jika yang diajak marah tersenyum. 


nah..., jadi jangan sungkan-sungkan untuk tersenyum yah!!! senyum kan juga sedekah ^_^

Senin, 19 Desember 2011

All about Vitamin


  1. Vitamin A: Untuk kesehatan mata dan fungsi sistem pertahanan tubuh/sistem imun. Sumber Vitamin A: Minyak hati ikan cod, ketela rambat, wortel, sayuran berwarna hijau, makanan yg diperkaya.
  2.  Vitamin B1 (Thiamin): Membantu tubuh mengolah karbohidrat dan beberapa protein. Sumber Vitamin B1 (Thiamin): Makanan yang diperkaya seperti roti, pasta dan sereal. 
  3. Vitamin B2 (Riboflavin): Membantu mengubah makanan menjadi energi, metabolisme bbrp obat, mmbantu produksi sel drh merah. Sumber Vitamin B2 (Riboflavin): Susu, roti, sereal yang diperkaya, almond, asparagus, daging ayam dan daging.
  4. Vitamin B3 (Niacin): Membantu mengubah makanan menjadi energi, membantu tubuh membentuk kolesterol. Sumber Vitamin B3 (Niacin): Unggas, ikan, daging, sereal yang diperkaya.
  5. Vitamin B6: Sangat vital utk kesehatan sistem saraf, membantu memecah protein, membantu memecah cadangan gula. Sumber Vitamin B6: Sereal yang diperkaya, kedelai, pisang, kentang, telur, bayam dan daging ayam.
  6.  Vitamin B12: Dibutuhkan untuk produksi sel darah merah. Sumber Vitamin B12: Daging, remis, kepiting, salmon, unggas, telur, kacang kedelai, sereal yang diperkaya.
  7. Vitamin C: Membantu sistem kekebalan tubuh, membantu pembentukan kolagen yg menyatukan sel. Sumber Vitamin C: Buah jeruk, red berries, tomat, kentang, brokoli, kembang kol, cabe merah dn hijau, kobis, bayam.
  8. Vitamin D: Dibutuhkan untuk mengolah kalsium dan kesehatan tulang.  Sumber Vitamin D: Susu yang diperkaya, keju, sereal, kuning telur, salmon dan sinar matahari.
  9. Vitamin E: Berfungsi sebagai antioksidan. Sumber Vitamin E: Sayuran hijau, almond, hazelnut, kedelai, minyak sayur.
  10. Asam Folat: Penting untuk pembentukan sel, mncegah cacat pd janin, membantu kesehatan jantung, mbantu pmbntukan sel drh merah. Sumber Asam Folat: Sereal yang diperkaya, kacang kacangan, sayuran hijau.
  11. Vitamin K: Membantu pembekuan darah dan kesehatan tulang. Sumber Vitamin K: Sayuran hijau, minyak zaitun, minyak kedelai, dan brokoli.

Membahas Mengenai Gatal


Gatal yg dalam bahasa kedokterannya disebut pruritus bisa disebabkan oleh alergi yg ringan namun bisa juga karena penyakit beratt. Setiap orang bisa terkena gatal namun mereka yang menderita alergi yg paling rajin ditemui oleh gejala gatal. Selain karena alergi, gatal juga kerap dialami oleh penderita diabetes, AIDS, kanker, wanita hamil dan orang tua.  Menemukan penyakit dasar penyebab gatal lalu mengobatinya adalah prinsip utama untuk mengatasi gatal. Jika gatalnya disebabkan karena reaksi obat maka langkah terbaik adalah segera mengganti obat tsb dg obat yang lain. Jika gatal disebabkan oleh kulit yg kering, gunakanlah lotion pelembab untuk mengurangi kekeringan pada kulit. Jika gatal disebabkan oleh kerusakan kulit akibat sinar matahari, gunakan sunscreen untuk mencegah kerusakan tsb. Jika kulit anda sering gatal, gunakan sabun mandi dan detergen untuk pakaian yg lebih lembut. Jika kulit anda sering gatal, jangan mandi menggunakan air hangat atau panas. Jika kulit anda sering gatal, hindari pakaian yang merangsang gatal seperti wool dn syntetik. Pilihlah pakaian dari cotton, dll. Untuk mengurangi gatal, coba kompress dingin dengan lap atau es pada daerah yg gatal. Hal ini jauh lebih baik daripada menggaruk.

Minggu, 18 Desember 2011

ACUTE BURN


Oleh : Dr. Mgs. Roni Saleh, SpB-SpBP(K)

I. Phatophysiology
A.The severity of the burn is determined by temperatur and length of exposure to the heat source.
B.Skin has a large water conten; therefore, it overheats slowly and cools slowly.
C.Heat continues to penetrate deeper tissue layers even after the external heat source is removed. Immediate cooling may reduce underlying tissue temperature, but it has a limted role in large burns because it may reduce the patient’s core temperature.

D. Three areas of injury
1.Central “zone of coagulation”: Nonviable, irreversibly injured tissue.
2.Middle “zone of stasis”: Initially characterized by dilated blood vessels and capillary diffusion. After 24 to 28 hours, dilated capillaries become occluded, with resulting conversion of this zone of tissue to coagulation. Injury in this zone may be reversible with appropriate treatment (cooling, fluid resuscitation, critical care).
          Outer “zone of hyperemia”: Composed mostly of viable, edematous tissue.

E.Progressive changes in microcirculation
1.There is an initial, sudden decrease in blood flow.
2.Arteriolar vasodilation follows.
3.Increase capillary permeability leads to edema formation, which is greatest at 8 to 12 hours.
4.Endogenous mediators (histamine, serotonin, kinins) increase capillary permeability, leaking protein into the intersitial space.
5.Hypoproteinemia decreases intravascular oncotic pressure, resulting in a shift of fluid into the interstitium (i.e., “third spacing”)

II. Initial management
A.History
1.Identity the source: Hot liquid, chemicals, flame, superheated air/steam, explosion, etc.
2.Duration and location of exposure: Closed space; potential for smoke inhalation
3.Concomitant drug or alcohol ingestion
4.Associated injury mechanism: Esplosion, jump/fall, motor vehicle crash, etc.


B. Airway and breathing
1.Early intubation
a.Frequently necessary to prevent airway obstruction due to progressive airway edema.
b.Most patients with extensive (>50%) burns requre intubation
c.Use humidified oxygen.
2.Chest and abdominal wall burns can severely limit chest wall excursion and impair ventilation.  Escharotomies may be necessary 


C.Circulation
1.Intravenous access:  Ideally, several peripheral large-bore intravenous lines should be place through nonburned tissue.  Central lines are the next best option.
2.Intravenous fluid administration
a.Isotonic salt solutions are used for resuscitation and maintenance.
b.Glucose should be avoided.  Burn patients are frequently  glucose intolerant and hyperglycemic due to the stress response. The resulting osmotic diuresis can lead to spuriously high urine output.
D.Disability : A rapid, thorough baseline neurologic examination should be performed.  This is especially important in the setting of blunt trauma, head injury, carbon monoxide exposure, and/or the need for sedation.


E.Initial wound care
1.Stop the burning process
a.Flame burns: smoldering or burning materials must be extinguished and removed, since they can retain heat and exacerbate the burn injury.  Irrigate the wounds with normal saline if any foreign material remains.
b.Chemical burns: Remove all clothing and begin gentle, copious irrigation with warm normal saline.  Avoid the use of neutralizing solutions.
2.Cover: Clean, dry, nonadherent dressings are used to protect the wound and prevent hypothermia.
3.Analgesia.
4.Tetanus prophylaxis.
5.Prophylactic intravenous antibiotics are not indicated.
6.Criteria for admission to a burn center.
a.If 10 to 40 years old: Greater than 15% total body surface area (TBSA) second-degree burns or greater than 3%. TBSA third-degree burns should be treated on an inpatient basis.
b.If younger than 10 years or older than 40 years: Greater than 10% TBSA second-or third-degree burns.
c.Burns involving the face, hands feet and/or perineum
d.Circumferential extremity burns.
e.Electrical burns

III. Inhalation Injury

A.Etiology
1.Chemical irritants in smoke affect the distal airways, resulting in an intense inflammatory response, which can lead to adult respiratory distress syndrome (ARDS) and/or systemic inflammatory response syndrome (SIRS).
2.Direct thermal injury: inhalation of superheated air or water vapor can cause a thermal burn to the airway mucosa.
3.Oropharyngeal and supraglottic edema caused by thermal injury can progress to airway obstruction
B.Evaluation
1.Maintain a high index of suspicion.
2.Signs and symptoms
a.History of burn in a closed space
b.Presence of facial burns and/or oral carbon deposits.
c.Singed facial hair/nares, hoarseness, or wheezing.
d.Unconsciousness.
3.Nasopharyngoscopy: Can be used to directly evaluate the larynx and vocal cords for injury.
4.Bronchoscopy: Via the endotracheal tube, if symptoms warrant.
C.Treatment
1.Intubation, mechanical ventilation
a.Early intubation is essential. Patients with inhalation injury often present as conscious, awake, and comfortable initially.  Upper airway edema can progress rapidly to complete airway obstruction.
b.Ventilator management goals: Maximize oxygenation while avoiding oxygen toxicity (keep FiO2 <0.7) and barotrauma.
2.Bronchodilators: Useful in treating bronchospasm associated with smoke inhalation.
3.Steroids: Have not been shown to be beneficial in avoiding pulmonary complications with burns
D.Carbon Monoxide (CO) poisoning
1.CO is generated by fire.  When inhaled and absorbed, it preferentially binds with hemoglobin, displacing oxygen and blocking oxygen binding sites, causing a substantial reduction in oxygen delivery.
2.Signs and symptoms
a.Pulse oximetry is unreliable
b.Cherry red skin
c.Hypoxemia
d.Mental status changes or a history of a loss of consciousness
e.Persistent acidosis in the presence of normovolemia
3.CO level
a.May be normal or minimally elevated, even with significant exposure.
b.20% to 40% Associated with severe neurologic symptoms.
c.Greater than 60% Commonly fatal
4.Treatment
a.100% oxygen administration: Displaces CO from hemoglobin
b.Hyperbaric therapy: Consider if the patient is at risk for CO exposure and has mental status changes

Rabu, 14 Desember 2011

Skema Hypothetycal Learning Trajectory (HLT)


Kajian Teori Kehilangan


Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yangsebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan(Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang dialami oleh setiap manusia dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir manusia sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Terlepas dari penyebabnya, setiap manusia akan berespon terhadap situasi kehilangan tersebut, respon terakhir terhadap kehilangan sangat dipengaruh ioleh kehilangan sebelumnya. Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka dalam lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.

Rentang Respon Kehilangan
Gambaran rentang respon individu terhadap kehilangan (Kublier-rose,1969).

·         Fase Pengingkaran
Reaksi pertama orang yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau mengingkari kenyataan bahwa hal tersebut memang benar terjadi, denganmengatakan “ Tidak, saya tidak percaya itu terjadi “ atau “ itu tidak mungkin terjadi“. Bagi seseorang atau keluarga yang didiagnosa dengan penyakit terminal, akan terus mencari informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih, lemah, pucat, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa menit atau beberapa tahun.

·         Fase Marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan orang yang kehilangan akan menunjukkan rasa marah yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang iamenunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan, menuduh dokter-perawat yang tidak becus.
Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, dan tangan mengepal.

·         Fase Tawar-menawar
Setelah orang yang kehilangan telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan maju ke fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan pada Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata “ kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan sering berdoa “. Apabila proses ini oleh keluarga maka pernyataan yang seringkeluar adalah “ kalau saja yang sakit, bukan anak saya”.

·         Fase Depresi
pada fase ini orang yang kehilangan sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang sebagai pasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb.
Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain : menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido manurun.

·         Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. dia telah menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang obyek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya akan beralih kepada obyek yang baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan “ saya betul-betul kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis “ atau “apa yang dapat saya lakukan agar cepat sembuh”.
Apabila dia dapat memulai fase ini dan menerima dengan perasaan damai, maka dia akan mengakhiri proses berduka serta mengatasi perasaan kehilangannya dengan tuntas. Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka ia akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.

Selasa, 13 Desember 2011

Problem Solving

Pengertian Problem solving
Masalah adalah sebuah kata yang sering terdengar oleh kita. Suatu hal dapat menjadi masalah bagi seseorang tergantung bagaimana orang tersebut memandangnya sesuai kemampuan yang dimilikinya.  Masalah yang berupa soal latihan merupakan suatu konflik atau hambatan bagi siswa dalam menyelesaikan tugas pembelajaraannya di kelas. Namun masalah harus diselesaikan agar proses berpikir siswa terus berkembang. Semakin banyak siswa dapat menyelesaikan permasalahan dalam soal, maka siswa akan semakin kaya akan variasi dalam menyelesaikan soal-soal dalam bentuk apapun, contohnya saja soal matematika.
Pemecahan masalah memerlukan strategi dalam menyelesaikannya. Kebenaran, ketepatan, keuletan dan kecepatan adalah suatu hal yang diperlukan dalam penyelesaian masalah. Keterampilan siswa dalam menyusun suatu strategi adalah suatu kemampuan yang harus dilihat oleh guru. Jawaban benar bukanlah standar ukur mutlak, namun proses yang lebih penting, darimana siswa dapat mendapatkan jawaban tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Problem Solving adalah sebuah penyelesaian masalah dimana dalam penyelesaian tersebut siswa dipaksa untuk berfikir sehingga harus menautkan permasalahan yang dihadapi dengan pengetahuan yang telah dimiliknya dan harus dapat memunculkan ide baru yang sesuai dengan masalah tersebut, sehingga masalah tersebut dapat mengembangkan kemampuan nalar dan berpikir siswa.  Ciri-ciri suatu soal disebut “problem” dalam perspektif matematika  adalah yang minimal memuat 2 hal berikut yaitu:
1. soal tersebut menantang pikiran (challenging),
2. soal tersebut tidak otomatis diketahui cara penyelesaiannya (nonroutine).
3. involving

Empat langkah yang dapat dilakukan dalam problem solving yaitu sbb.:
1. Pemahaman pada masalah ( Identifikasi dari tujuan )
Langkah pertama adalah membaca soalnya dan meyakinkan diri bahwa anda memahaminya secara benar.   Tanyalah diri anda dengan pertanyaan berikut :
  •  Apa yang tidak diketahui?
  •  Kuantitas apa yang diberikan pada soal?
  •  Kondisinya bagaimana?
  •  Apakah ada kekecualian?
Untuk beberapa masalah akan sangat berguna untuk
  •  membuat diagranmnya
dan mengidentifikasi kuantitas-kuantitas yang diketahui dan dibutuhkan pada diagram tersebut. Biasanya dibutuhkan
  •  membuat beberapa notasi ( x, a, b, c, V=volume, m=massa dsb ).

2. Membuat Rencana Pemecahan Masalah
Carilah hubungan antara informasi yang diberikan dengan yang tidak diketahui yang memungkinkan anda untuk memhghitung variabel yang tidak diketahui. Akan sangat berguna untuk membuat pertanyaan : “Bagaimana saya akan menghubungkan hal yang diketahui
untuk mencari hal yang tidak diketahui? “.
Jika anda tak melihat hubungan secara langsung, gagasan berikut ini mungkin akan menolong
dalam membagi masalah ke sub masalah sehingga anda dapat membangunnya untuk menyelesaikan masalah.
  •  Cobalah untuk mengenali sesuatu yang sudahdiketahui
Hubungkan masalah tersebut dengan hal yang sebelumnya sudah diketahui. Lihatlah pada hal yang tidak diketahui dan cobalah untuk mengingat masalah yang mirip atau memiliki prinsip yang sama.
  •  Cobalah untuk mengenali polanya.
Beberapa masalah dapat dipecahkan dengan cara mengenali polanya. Pola tersebut dapat berupa pola geometri atau pola aljabar. Jika anda melihat keteraturan atau pengulangan dalam soal, anda dapat menduga apa yang selanjutnya akan terjadi dari pola tersebut dan membuktikannya.
  •  Gunakan analogi
Cobalah untuk memikirkan analogi dari masalah tersebut  yaitu, masalah yang mirip, masalah yang berhubungan,dan masalah yang lebih sederhana sehingga memberikan anda petunjuk yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah yang lebih sulit. Contoh, jika masalahnya ada pada ruang tiga dimensi, cobalah untuk melihat masalah sejenis dalam bidang dua dimensi. Atau jika masalah terlalu umum, anda dapat mencobanya pada kasus khusus
  •  Masukan sesuatu yang baru
Mungkin suatu saat perlu untuk memasukan sesuatu yang baru, peralatan tambahan, untuk membuat hubungan antara data dengan hal yang tidak diketahui.Contoh, diagram sangat bermanfaat dalam membuat suatu garis bantu.
  •  Buatlah kasus
Kadang-kadang kita harus memecah sebuah masalah kedalam beberapa kasus dan pecahkan setiap kasus tersebut.
  •  Mulailah dari akhir ( Asumsikan Jawabannya )
Sangat berguna jika kita membuat pemisalan solusi masalah, tahap demi tahap mulai dari jawaban masalah sampai ke data yang diberikan.
3. Malaksanakan Rencana
Dalam melaksanakan rencana yang tertuang pada langkah kedua, kita harus memeriksa tiap langkah dalam rencana dan menuliskannya secara detail untuk memastikan bahwa tiap langkah sudah benar. Sebuah persamaan tidaklah cukup!
4. Lihatlah kembali
Kritisi hasilnya. lihatlah kelemahan dari solusi yang didapatkan ( seperti : ketidakkonsistenan atau ambiguitas atau langkah yang tidak benar ).



Departemen Matematika dan Ilmu Komputer di Saint Louis University (dalam

Department of Mathematics and Computer Science, 1993) mengemukakan lima tipe

soal matematika:
o   Soal-soal yang menguji ingatan (memory).
o   Soal-soal yang menguji keterampilan (skills).
o   Soal-soal yang membutuhkan penerapan keterampilan pada situasi yang biasa (familiar).
o   Soal-soal yang membutuhkan penerapan keterampilan pada situasi yang tidak biasa (unfamiliar) – mengembangkan strategi untuk masalah yang baru.
o   Soal-soal yang membutuhkan ekstensi (perluasan) keterampilan atau teori yang kita kenal sebelum diterapkan pada situasi yang tidak biasa (unfamiliar).

Berikut ini kita akan melihat sudut pandang klasifikasi tipe soal dari Thomas Butt (1980:23-30) yaitu sebagai berikut:

1. Tipe soal ingatan (recognition)
Tipe ini biasanya meminta kepada siswa untuk mengenali atau menyebutkan fakta-fakta matematika, definisi, atau pernyataan suatu teorema/dalil. Bentuk soal yang dipakai biasanya bentuk soal benar-salah, pilihan ganda, mengisi yang kosong, atau dengan format menjodohkan. Contohnya meminta siswa menyebut teorema Pythagoras, atau meminta siswa
menyebut rumus integral parsial.

2. Tipe soal prosedural atau algoritma (algorithmic)
Tipe ini menghendaki penyelesaian berupa sebuah prosedur langkah demi langkah, dan seringkali berupa algoritma hitung. Pada soal tipe ini, umumnya siswa hanya memasukkan angka atau bilangan ke dalam rumus, teorema, atau algoritma. Contohnya meminta siswa untuk mencari akar suatu persamaan kuadrat, atau mencari turunan dari f(x) = 3x2 – 4x3 + 7x – 5.

3. Tipe soal terapan (application)
Soal aplikasi memuat penggunaan algoritma dalam konteks yang sedikit berbeda. Soal-soal cerita tradisional umumnya termasuk kategori soal aplikasi, dimana penyelesaiannya memuat: (a) merumuskan masalah ke dalam model matematika, dan (b) memanipulasi simbol-simbol berdasarkan satu atau beberapa algoritma. Pada soal tipe ini umumnya siswa mudah mengenal rumus atau teorema yang harus dipergunakan. Satu-satunya keterampilan baru yang harus mereka kuasai adalah bagaimana memahami konteks masalah untuk merumuskannya secara matematis. Contoh:
Mali, Setya, dan Roni berbelanja pulpen, pensil dan buku tulis. Mereka membeli pulpen, pensil dan buku tulis bermerek sama. Mali membeli sebuah pulpen, dua buah pensil dan tiga buah buku tulis seharga Rp12.300,00, Setya membeli membeli dua buah pulpen, dua buah pensil dan sebuah buah buku tulis seharga Rp8.500,00 dan Roni membeli tiga pulpen dan sebuah buku tulis seharga Rp9.600,00. Berapa harga sebuah pensil yang mereka beli?
Soal ini merupakan terapan masalah sistem persamaan linear.

4. Tipe soal terbuka (open search)
Berbeda dengan tiga tipe soal sebelumnya, maka pada tipe soal terbuka ini strategi pemecahan masalah tidak tampak pada soal. Soal-soal tipe ini umumnya membutuhkan kemampuan melihat pola dan membuat dugaan. Termasuk pada tipe soal ini adalah soal-soal matematika yang berkaitan dengan teka-teki dan permainan. Contoh:
Sebuah permainan yang dikenal dengan nama Menara Hanoi, bentuk alat permainannya tampak disamping. Tujuan permainan ini adalah memindahkan semua cakram (beserta susunannya: cakram kecil di atas cakram besar) dari tiang A ke tiang C, dengan banyak langkah minimum. Aturan pemindahannya adalah: (1) setiap langkah hanya boleh memindahkan 1 buah cakram, (2) tidak boleh cakram besar di atas cakram A B C kecil, dan (3) boleh menggunakan tiang B (sebagai tempat transit). Pertanyaannya: berapa langkah minimum memindahkan n buah cakram?

5. Tipe soal situasi (situation)
Salah satu langkah krusial dalam tipe ini adalah mengidentifikasi masalah dalam situasi tersebut sehingga penyelesaian dapat dikembangkan untuk situasi tersebut. Pertanyaan-pertanyaan dalam soal ini antara lain: “Berikan masukan atau pendapat kamu!”, “Bagaimana seharusnya?”, “Apa yang mesti dilakukan?”.
Soal-soal dengan tipe ini jarang dinyatakan secara tuntas dalam sebuah kalimat soal. Dalam matematika, umumnya soal-soal tipe ini berkenaan dengan kegiatan mandiri atau soal proyek, di mana siswa dituntut untuk melakukan suatu percobaan, penggalian atau pengumpulan data, pemanfaatan sumber belajar baik berupa buku, media, maupun ahli (expert). Cara atau strategi dan juga hasil atau penyelesaian masalah bisa sangat berbeda antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Contoh.
Area parkir di SMA “Teladan” ada dua lokasi, yang satu berbentuk persegipanjang,
sedang yang lain berbentuk trapesium. Ukurlah ukuran-ukuran panjang dan
lebarnya! Sementara kendaraan yang diparkir ada mobil, sepeda motor, dan sepeda
kayuh. Hitung atau perkirakan jumlah masing-masing kendaraan!
Bagaimana menurut kamu, pengaturan parkir yang baik di sekolah kita? (gali datadata
pendukung dari lapangan!).

Berikut ini merupakan contoh dari soal problem solving untuk anak SMP :

Diketahui lima orang bersaudara dengan selisih umur yang sama. Anak yang termuda berusia 13 tahun dan anak yang tertua berusia 33 tahun . Jumlah usia mereka adalah...
Penyelesaian:













Jadi jumlah usia semua anak adalah 115.